Rabu, 01 Februari 2012

KIMIA PERCOBAAN I


PERCOBAAN I
PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN
I.              TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah praktikan diharapkan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan dan menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat.
II.           TINJAUAN PUSTAKA
2.1         Larutan
Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlalu sedikit, larutan dinamakan larutan encer. Larutan adalah campuaran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut (solute), sedangkan yang jumlahnya lebih banyak disebut pelarut (Chang,2003).
Komposisi dan sifat fase suatu larutan berbeda dengan air murni. Larutan merupakan campuran yang terdiri dari dua bahan. Larutan terbagi menjadi larutan  homogen dan larutan heterogen. Larutan homogen mempunyai  sifat-sifat yang sama  diseluruh cairan, sedangkan larutan heterogen merupakan campuran dua fase dan memiliki sifat-sifat yang tidak seragam (Achmadi, 2004).
Larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam bneberapa hal), biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam pelarut murni.  Sehingga pembentukan larutan dapat dibuat sebagai suatu proses hipotesis berikut: pertama, jarak antara molekul-molekul meningkat menjadi jarak rata-rata yang ditampilkan dalam larutan. Tahap ini memerlukan penyerapan energi untuk melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi. Tahap ini disertai dengan peningkatan entalpi, reaksinya adalah endoterm. Dalam tahap endoterm kedua, pemisahan yang sama terhadap molekul-molekul terlarut terjadi. Tahap ketiga dan terakhir adalah membiarkan molekul-molekul pelarut dan terlarut untuk bercampur. Gaya tarik intermolekul diantara molekul tak sejenis menyebabkan pelepasan energi, entalpi menurun dalam tahap ini (Achmadi,2004).
Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya antarmolekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada dalam kestimbangan fasa dengan gas, padatan, atau cairan lain (Oxtoby,2001). 
Untuk menentukan sifat pelarut suatu senyawa dapat diketahui dari perubahan temperatur air sebelum dan sesudah. Bila temperaturnya naik, pelarut tersebut bersifat eksoterm. Sedangkan jika temperaturnya turun, maka pelarutnya bersifat endoterm (Schaum,1998).
Unsur terpenting yang menentukan keadaan bahan dalam larutan adalah pelarut. Komponen yang jumlahnya lebih sedikit dinamakan zat terlarut. Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan tersebut dinamakan larutan encer. Istilah larutan biasanya mengandung arti pelarut cair dengan cairan, padatan, atau gas sebagai zat terlarut. Larutan dapat pula berbentuk padat dan gas. Karena molekul-molekul gas terpisah jauh, molekul-molekul dalam campuran gas berbaur secara acak, semua campuran gas adalah larutan (Achmadi,2004).
Dalam larutan padat, pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat sering terdapat pada logam dan larutan padat ini dinamakan alloy. Dalam larutan padat tertentu, atom terlarut menggantikan beberapa atom pelarut dalam kisi kristal. Larutan ini dinamakan larutan substitusional, yang ukuran atom pelarut dan terlarutnya kira-kira sama. Dalam larutan padat lain atom terlarut dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi-kisi pelarut. Pembentukan larutan padat interstisial terjadi apabila atom terlarut cukup kecil untuk memasuki lubang-lubang diantara atom-atom pelarut (Achmadi,2004).





2.2         Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Konsentrasi merupakan jumlah zat tiap satuan volume (besaran intensif), larutan encer berupa julah zat terlarut sangat sedikit, dan larutan pekat adalah jumlah zat terlarut sangat banyak. Cara menyatakan konsentrasi antara lain bisa dengan molar, molal, persen, fraksi mol, bagian persejuta (ppm), dan lain-lain. Untuk bagian persejuta (ppm) adalah massa komponen larutan (g) per 1 juta gram larutan. Untuk pelarut air, 1 ppm setara dengan 1 mg/liter, sedangkan persen berat, menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam larutan 100 gram (Ratna,2009).
Konsentrasi larutan menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut/larutan. Sehingga setiap sistem konsentrasi harus menyatakan satuan yang digunakan untuk zat terlarut, kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan, dan satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua. Satuan konsentrasi yang kuantitas terlarut dan larutannya diukur berdasarkan massa dinamakan persen massa/massa. Satuan konsentrasi yang kuantitasnya dinyatakan dalam satuan volume disebut persen volume/volume. Masih ada kemungkinan lain yaitu campuran satuan massa dan volume. Misalnya jika zat terlarut diukur berdasarkan massa dan kuantitas larutan berdasarkan volume, dapat digunakan istilah persen massa/volume. Jika konsentrasi  larutan diberikan berdasarkan persen tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai massa/massa, volume/volume, massa/volume, maka yang dimaksud adalah persen massa (Achmadi,2004).
Pada konsentrasi molar (Molaritas), dicatat bahwa:
1.    Stoikiometri reaksi kimia didasarkan pada jumlah nisbi atom, ion, atau molekul yang bereaksi.
2.    Banyak reaksi kimia yang dilakukan dalam larutan. Karena alasan ini konsentrasi dinyatakan berdasarkan jumlah partikel terlarut, atau konsentrasi molar (Achmadi,2004).
            Konsentrasi dari suatu larutan menunjukkan berapa banyak jumlah suatu zat terlarut dalam larutan tersebut. Nilai dari konsentrasi suatu larutan dapat dinyatakan dalam beberapa satuan, antara lain: molaritas, normalitas, persen berat, persen volume, fraksi mol, bagian per sejuta (ppm). Molaritas menyatakan banyaknya jumlah mol suatu zat terlarut per liter satuan, sedangkan normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut yang ada dalam setiap liter larutan. Persen berat menyatakan banyaknya zat terlarut (dalam satuan gram). Molaritas, normalitas, persen berat, persen volume dapat dinyatakan seperti:
1.    Molaritas
Pada peristiwa pengenceran jumlah mol zat terlarut tetap sehingga berlaku rumus:
     V1 . M1 = V2 . M2
Keterangan:
V= Volume sebelum pengenceran
V= Volume setelah pengenceran
M1 = Molaritas sebelum pengenceran
M2 = Molaritas setelah pengenceran
2.    Normalitas
     Pada normalitas berlaku rumus:
           N1 . V1 = N2 . V2
3.    Persen Volume
Persen volume menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan.
4.    Persen Berat
       Persen berat menyatakan gram zat terlarut dalam 100 gram larutan (Keenan,1991).
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan meenyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady,1999).
2.3         Titrasi
Titrasi adalah cara yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan suatu larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Analitis semacam ini yang menggunakan pengukuran volume larutan pereaksi disebut analitis volumetri (Petrucci,1987).
Titrasi merupakan penambahan secara cermat volume larutan yang mengandung zat yang konsentrasinya diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai dengan semacam perubahan fisis, misalnya warna campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat yang disebut indikator, yang mengubah warna pada titik akhir.  Indikator adalah zat warna yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang pH yang sempit (Oxtoby,2001).
Salah satu reaksi yang sering digunakan dalam titrasi adalah netralisasi asam-basa. Biasanya, sebagai larutan asam diletakkan pada erlemeyer atau gelas kimia. Indikator adalah suatu zat yang mempunyai warna yang berlainan dalam keadaan asam dan basa. Misalnya, lakmus dalam suasana asam akan berwarna merah, sedangkan dalam keadaan basa warnanya biru. Indikator lain yang biasa juga digunakan adalan phenophtalein, yang dalam suasana asam tidak berwarna dan dalam keadaan basa berwarna merah muda (Brady,1999).
Agar titrasi dapat berlangsung dengan baik, yang harus diperhatikan adalah :
1.    Interaksi antara penitrasi dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara stoikiometri, artinya sesuai dengan ketetapan yang dicapai dengan peralatan yang lazim digunakan dalam titrimetri. Reaksi harus sempurna sekurang-kurangnya 99,9% pada titik kesetaraan.
2.    Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat.
Titrasi dapat diklasifikasikan menjadi :
1.    Berdasarkan reaksi
-     Titrasi asam basa
-     Titrasi oksidasi reduksi
-     Titrasi pengendapan
-     Titrasi kompleksometri
2.    Berdasarkan titran (larutan standar) yang dipakai
-     Titrasi asidimetri
3.    Campuran penetapan akhir
-     Cara visual dengan indikator
-     Cara elektromagnetik
4.    Berdasarkan konsentrasi
-     Makro
-     Semimikro
-     Mikro
5.    Berdasarkan teknik pelaksanaan
-     Titrasi langsung
-     Titrasi plank
-     Titrasi tidak langsung (Keenan,1999)
2.4         Sifat Larutan
Penambahan solute menurunkam tendensi lepasnya molekul-molekul solven hingga penurunan titik beku akan terjadi pengurangan takanan uap, paling tidak larutan yang encer adalah berbanding langsung dengan kosentrasi dari partikel-partikel solute yang ditambahkan (Sastrohamidjojo,2005)
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai keasaaman dalam struktur dan sifat –sifat kelistrikan dengan molekul-molekul solven. Bila ada keasaman, maka gaya-gaya tarik yang terjadi antara solute-solven adalah kuat, begitu juga sebaliknya. Secara umum, padatan ionik mempunyai kelarutan yang lebih tinggidalam solven polar dari pada dalam solven nonpolar (Sastrohamidjojo,2001).
III.             ALAT DAN BAHAN
A.       Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok, labu takar, buret.


B.            Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: asam klorida pekat,  larutan natrium hidroksida 0,1M, pelet natrium hidroksida, larutan asam klorida 0,1 M, indikator metil merah, indikator phenophtalein, indikator metil orange, akuades.
IV.             PROSEDUR KERJA
A.            Pembuatan dan Pengenceran Larutan HCl
1.    Gelas ukur kosong ditimbang dan dicatat beratnya.
2.    Larutan asam klorida pekat diambil sebanyak 4,15 mL dengan menggunakan gelas ukur yang telah ditimbang dan pipet tetes. Dilakukan dalam lemari asam.
3.    Ditimbang labu akar 100 mL yang kosong, dicatat beratnya. Labu takar tersebut diisi dengan sekitar 20-25 mL akuades.
4.    Perlahan-lahan asam klorida pekat yang telah diambil dimasukkan ke dalam labu takar. Dilakukan dalam lemari asam.
5.    Akuades ditambahkan ke dalam labu takar hingga tanda batas. Labu takar ditutup dan dilakukan pengocokan hingga larutan homogen. Labu takar yang telah berisi larutan ditimbang beratnya, dan disebut Larutan A (Larutan HCl).
6.    Dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur, dipindahkan 20 mL larutan asam klorida yang telah dibuat (Larutan A) ke dalam labu takar 100 mL yang baru.
7.    Akuades ditambahkan ke dalam labu takar hingga tanda batas. Larutan HCl yang telah diencerkan ini disebut sebagai larutan B.
B.            Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Klorida melalui Titrasi
a.    Titrasi dengan Indikator Metil Merah
1.    Sebelum digunakan, buret dibilas dengan akuades kemudian dibilas kembali dengan larutan NaOH yang akan digunakan.
2.    Buret diisi dengan larutan natrium hidroksida.
3.    Larutan natrium hidroksida dalam buret dicatat volume  awalnya dengan membaca skala pada meniskus bawah larutan.
4.    Dipindahkan 10 mL larutan asam klorida encer (Larutan B) ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.
5.    Indikator metil merah ditambahkan ke dalam larutan tersebut.
6.    Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan natrium hidroksida di dalam buret, dan jika terjadi perubahan warna yang konstan titrasi dihentikan.
7.    NaOH yang diperlukan untuk titrasi dihitung volume dari selisih volume awal dan volume akhir NaOH dalam buret.
8.    Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali.
b.    Titrasi dengan Indikator Fhenofhtalein
1.    Dilakukan kembali prosedur titrasi terhadap 10 mL larutan asam klorida encer (Larutan B) dengan larutan NaOH 0,1 M, digunakan indikator phenophtalein.
2.    Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan menggunakan indikator metil merah dan menggunakan phenophtalein sebagai indikator.
C.            Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida
1.    Ditimbang secara teliti 0,4 gram butiran natrium hidroksida menggunakan kaca arlogi dan neraca analitik.
2.    Dipindahkan segera butiran natrium hidroksida dari gelas arlogi ke dalam gelas beker yang telah berisi 20-25 mL akuades hangat, begitu penmbangan selesai dilakukan.
3.    Diaduk dengan pengaduk kaca hingga seluruh natrium hidroksida larut sempurna.
4.    Dipindahkan larutan dari gelas beker ke dalam labu takar 50 mL.
5.    Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar,labu takar ditutup, kemudian dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh pada tahap ini disebut sebagai larutan C.
6.    Dengan menggunakan pipet gondok yang sesuai, dipindahkan 25 mL larutan C ke dalam labu takar 100 mL yang baru.
7.    Ditambahkan akuades hingga tanda batas, dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh disebut sebagai Larutan D.
D.           Penentuan Konsentrasi Larutan Natrium Hidroksida melalui Titrasi
a.  Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran
1.    Dibilas buret dengan akuades sebelum digunakan, kemudian dibilas kembali dengan larutan HCl 0,1 M yang digunakan.
2.    Diisi buret dengan larutan HCL 0,1 M.
3.    Dicatat volume awal larutan HCl 0,1 M dalam buret dengan membaca skala pada meniskus bawah larutan.
4.    Dipindahkan 10 mL larutan NaOH encer (Larutan D) ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.
5.    Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah ke dalam larutan tersebut.
6.    Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan HCl 0,1 M di dalam buret hingga terjadi perubahan warna.
7.    Dihentikan titrasi, begitu terjadi perubahan warna yang konstan.
8.    Dibaca volume akhir asam klorida yang tersisa dalam buret. Dihitung volume asam klorida yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal  dan volume akhir asam klorida dalam buret.
9.    Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.
b.      Titrasi Larutan HCl 0,1 M dengan larutan NaOH sebagai Titran
1.    Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas  kembali dengan larutan NaOH yang telah di buat (Larutan D).
2.    Diisi buret dengan larutan NaOH encer (Larutan D).
3.    Dipindahkan 10 mL larutan HCl 0,1 M ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.
4.    Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah ke dalam larutan tersebut.
5.    Dititrasi  larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH encer di dalam buret hingga terjadi perubahan warna.
6.    Dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna yang konstan.
7.    Dihitung volume NaOH yang diperlukan untuk menitrasi larutan HCl tersebut.
8.    Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.
9.    Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan larutan HCl 0,1 M sebagai titran dan larutan NaOH encer sebagai titrasi.
V.      HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil dan Perhitungan
1.    Hasil
a.    Pembuatan dan Pengenceran  Larutan Asam Klorida (HCl)
·      Pembuatan Larutan A
NO
Percobaan
Pengamatan
1.
Berat gelas ukur kosong
30,20 gram
2.
Volume HCl pekat
4,15 mL
3.
Massa jenis HCl
1190 gram/mL
4.
Konsentrasi HCl pekat
37 % (b/b)
5.
Berat Labu takar kosong
68,91 gram
6.
Berat Labu takar berisi larutan
168,66 gram
7.
Berat Larutan
99,75 gram
8.
Volume Larutan A
100 mL
·      Pembuat Larutan B
NO
Percobaan
Pengamatan
1.
Volume larutan sebelum diencerkan
20 mL (diambil dari larutan A)
2.
Volume larutan setelah diencerkan
100 mL (larutan B)
b.    Penentuan Konsentrasi Asam Klorida (HCl)
·      Titrasi Menggunakan Indikator Metil Merah
Percobaan
Volume HCl (mL)
Volume NaOH (mL)
Perubahan Warna
Titrasi I
10
4,4
merah muda kuning
Titrasi II
10
4,1
merah muda kuning
Rata-rata
10
4,25
-


·      Titrasi Menggunakan Indikator Fenofhtalein
Percobaan
Volume HCl (mL)
Volume NaOH (mL)
Perubahan Warna
Titrasi I
10
4,2
bening ungu
Rata-rata
10
4,2
-
c.    Pembuatan Larutan NaOH
·      Pembuatan Larutan C
NO
Percobaan
Pengamatan
1.
Massa NaOH
0,8 gram
2.
Mr NaOH
40 gram/mol
3.
Volume larutan
100 mL (Larutan C)
·      Pembuatan Larutan D
NO
Percobaan
Pengamatan
1.
Volume larutan sebelum diencerkan
25 mL (diambil dari larutan C)
2.
Volume larutan setelah diencerkan
100 mL (larutan D)
d.    Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH
·      Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran
Percobaan
Volume HCl (mL)
Volume NaOH (mL)
Indikator
Perubahan Warna
Titrasi I
10
12,3
Metil Merah
bening merah muda
Titrasi II
10
10,3
Metil Merah
bening merah muda
Rata-rata
10
11,3
-
-



·      Titrasi Larutan HCl dengan NaOH sebagai Titran
Percobaan
Volume HCl (mL)
Volume NaOH (mL)
Indikator
Perubahan Warna
Titrasi I
10
9,7
Phenophtalein
merah muda ⇾ putih
Rata-rata
10
11,3
-
-

2.    Perhitungan
a.    Penentuan Konsentrasi Larutan HCL Pekat
Diketahui : massa jenis HCl = 1,19 kg/L = 1190 gram/mL
persen berat HCl = 37% (b/b)
massa 1 L larutan pekat HCl = 1190 gram/L x 1 L = 1190 gram
massa HCl dalam 1 L larutan pekat = 37% x 1190 gram/mL
                                                          = 440,3 gram
Mr HCl pekat = 36,5 gram/mol
Ditanya : Molaritas HCl pekat (MHCl)  = ......?
Jawab :
MHCl  =
MHCl  =
MHCl = 12,06 mol/L
b.    Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Encer (Larutan A dan Larutan B)
1.    Melalui Perhitungan Pengenceran
a)    Konsentrasi Larutan A
Diketahui : Molaritas HCl pekat (MHCl) = 12,06 mol/L
                   Volume HCl pekat (VHCl) = 4,15 mL
                   Volume larutan A (VA) = 100 mL
Ditanya : Molaritas larutan A (MA) =....?
Jawab :
MA . V= MHCl . VHCl
MA . 100 mL = 12,06 mol/L . 4,15 mL
MA                 = 0,5 mol/L
b)   Konsentrasi Larutan B
Diketahui : Molaritas larutan A (MA) = 0,5 mol/L
                   Volume larutan A yang diencerkan (VA) = 20 mL
                   Volume larutan B (MB) = 100 mL
Ditanya : Molaritas larutan B (MB) =.....?
Jawab :
MA  . V= MB . VB
MB = MA . VA / VB
MB = 0,5 . (20/100)
MB = 0,1 mol/L
2.    Melalui Titrasi
a)    Titrasi dengan Metil Merah
Diketahui : MNaOH = 0,1 M
VHCl = 10 mL
VNaOH =  4,25 mL
Ditanya : MHCl = ....?
Jawab :
MHCl . VHCl  = MNaOH . VNaOH
MHCl =  =  = 0,0425 N
b)   Titrasi dengan Phenophtalein
Diketahui : MNaOH = 0,1 M
                    VNaOH =  4,2 mL
 VHCl = 10 mL
Ditanya : MHCl = ....?
Jawab :
MHCl . VHCl  = MNaOH . VNaOH
MHCl =  =   = 0,042 N
c.    Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH
1.    Melalui Perhitungan Pengenceran
a)    Konsentrasi Larutan C
Diketahui : Massa NaOH = 0,8 gram
Volume NaOH = 100 mL = 0,1 L
Mr NaOH =  40 gram/mol
                 Ditanya : MNaOH =....?
                 Jawab :
MNaOH =  =  = 0,2 M
b)   Konsentrasi Larutan D
Diketahui MC = 0,2 M
VC = 25 mL
VD = 100 mL
                 Ditanya MD  =...?
                 Jawab :
                 MC . VC = MD . VD
                 MD =  =  = 0,05 M
2.    Melalui Titrasi
a)    Titrasi NaOH oleh HCl
Diketahui : MHCl = 0,1 M
VNaOH = 11,3 mL
VHCl = 10 mL
Ditanya : MNaOH = ....?
Jawab :
MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH
MNaOH  =  =  = 0,088 M
b)   Titrasi HCl oleh NaOH
Diketahui : MHCl = 0,1 M
VHCl = 10 mL
VNaOH = 5,75  mL
                 Ditanya : MNaOH =.....?
                 Jawab :
MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH
MNaOH   =  = 0,173 M
B.       Pembahasan
Percobaan kali ini adalah pembuatan dan penentuan konsentrasi larutan yang bertujuan agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan dan menentukan konsentrasi yang telah dibuat. Larutan yang dibuat oleh praktikan akan ditentukan konsentrasinya dengan dua cara yaitu melalui perhitungan pengenceran dan melalui proses titrasi. Dalam praktikum ini, bahan yang digunakan untuk percobaan pengenceran adalah larutan asam klorida pekat dan larutan natrium hiroksida.
1.    Pembuatan Larutan NaOH
NaOH dapat terionisasi dengan sempurna di dalam air, karena NaOH mempunyai kelarutan yang besar sehingga sangat mudah terionisasi di dalam air. Untuk dapat membuat suatu senyawa NaOH dapat dilakukan dengan cara melarutkan zat terlarut yang berada dalam bentuk padatan yang telah di lakukan dalam percobaan ini. Yaitu dengan melarutkan NaOH sebanyak 0,8 gram ke dalam gelas beker yang telah diisi dengan menggunakan akuades dan mengaduk larutan tersubut untuk mempercepat laju reaksi dan mendapatkan suatu larutan yang homogen maka senyawa NaOH yang berupa butiran akan bereaksi dengan air dan akan terurai menjadi suatu ion Na dan ion Hidroksida sehingga dihasilkan konsentrasi larutan NaOH  0,2 M.
2.    Pembuatan dan Pengenceran HCl
Pada percobaan kali ini, sebelum melakukan pembuatan larutan HCl, terlebih dahulu  dilakukan penimbangan kelas ukur dan labu takar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berat larutan yang sebenarnya. Jika pada penimbangan ini terdapat kesalahan, maka akan berpengaruh terhadap perhitungan nantinya.
Dengan melarutkan 4,15 mL HCl pekat dengan akuades ke dalam labu takar sampai pada titik batas, kemudian mengocoknya hingga homogen, maka terbentuklah larutan HCl atau larutan A dengan konsentrasinya 0,5 M. Setelah itu jika dilakukan pengenceran dengan memindahkan Larutan A ke dalam labu takar baru dan menambahkan akuades hingga tanda batas, lalu mengocoknya hingga homogen, maka akan terbentuk larutan 0,1 M HCl encer.
3.    Penentuan Konsentrasi Asam Klorida melalui Titrasi
Pada penentuan konsentrasi asam klorida dilakukan percobaan dengan indikator metil merah dan phenophtalein. Indikator metil merah memiliki pH 4,2 – 6,2. Indikator ini biasanya untuk menitrasi basa lemah dengan asam kuat. Indikator phenophtalein memiliki pH antara 8 – 9,6 karena phenophtalein termasuk asam lemah dalam keadaan terionisasi. Indikator phenophtalein dipakai untuk titrasi basa kuat dengan asam kuat atau sam lemah dengan basa kuat. Pada percobaan dengan indikator metil merah terbaca volume NaOH setelah dititrasi yang rata-ratanya 4,25 mL sehingga diperoleh konsentrasi larutan HCl setelah dititrasi sebesar 0,0425 N. Sedangkan ketika menggunakan indikator phenophtalein terbaca volume NaOH yang rata-ratanya 4,2 mL sehingga diperoleh konsentrasi larutan HCl 0,042 N. Ketika menitrasi menggunakan indikator metil merah, warna larutan HCl + indikator metil merah yang pada mulanya berwarna merah muda menjadi warna kuning setelah dititrasi menggunakan larutan NaOH. Sedangkan ketika melakukan titrasi dengan indikatir phenophtalein, warna larutan HCl + indikator phenoptalein  yang semula bening menjadi berwarna ungu setelah dititrasi dengan larutan NaOH.
4.    Titrasi NaOH dengan HCl sebagai Titran
     Pada titrasi NaOH dengan HCl, digunakan indikator metil merah. Ketika itu terjadi perubahan warna yang semula kuning menjadi ungu. Pada percobaan ini terbaca volume  HCl 10 mL dengan konsentrasi NaOH sebesar 0,1 M. Reaksi kimia yang terjadi yaitu
NaOH + HCl  ⇾ NaCl + H2O
5.    Titrasi HCl dengan NaOH sebagai Titran
Pada titrasi NaOH terhadap HCl, terlihat adanya perubahan warna ketika HCl ditetesi indikator metil merah. Penggunaan indikator metil merah pada titrasi basa lemah dan amonium hidroksida karena memiliki pH 4,2 – 6,2. Indikator ini digunakan karena akan menghasilkan perubahan yang sangat signifikan atau sangat mencolok dalam suasana asam. Perubahan warna yang terjadi  yaitu merah muda menjadi kuning setelah dititrasi dengan larutan NaOH. Pada percobaan ini terbaca volume NaOH  9,7 mL. Dan setelah dilakukan perhitungan ternyata konsentrasi HCl sebesar 0,103 M. Reaksi kimia yang terjadi yaitu :
HCl + NaOH NaCl + H2O
Pada percobaan yang telah dilakukan seharus jumlah volume larutan yang menitrasi dan jumlah volume larutan yang di titrasi sama. Namun berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan dihasilkan perbedaan jumlah yang sangat sinifikan antara larutan titrasi dan larutan yang dititrasi. Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh kurang teliti dalam melakukan percobaan tersebut.
VI.   KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaaan ini adalah :
1.        Larutan merupakan campuran homogen antara dua tau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.
2.        Indikator yang digunakan dalam percobaan titrasi menentukan warna yang akan dihasilkan. Dengan menggunakan indikator yang sesuai maka akan dapat terbaca sifat larutan tersebut.
3.        Titrasi HCl encer yang ditetesi indikator metil merah menjadi kuning. Sedangkan titrasi HCl encer yang ditetesi indikator phenophtalein dengan NaOH akan menghasilkan perubahan warna dari bening menjadi ungu.
4.        Konsentrasi titrasi NaOH oleh HCl sebesar 0,1 M, sedangkan konsentrasi titrasi HCl oleh NaOH sebesar 0,103 M.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Suminar. 2004. Kimia Dasar. Erlangga, Jakarta.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Binarupa Aksara, Jakarta.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga. Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2011.
Keenan, Charles W, dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga, Jakarta.
Oxtoby. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Petruccci, H. Ralph.1987. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Sastrojamidjojo, Harjono. 2005. Kimia Dasar. Gajah Mada Press, Jakarta.
Schaum. 1998. Kimia Dasar Seri Schaum. ITB, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar