LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN
LINGKUNGAN LAHAN BASAH
( JFKK221 )
DOSEN PEMBIMBING : |
UMI BAROROH LILI UTAMI, S.Si, M.Si
NIP. 19691006 199702 2 003
OLEH
:
ADI
PURWANTO (J1D111048)
DITA
APRILIANI (J1A111014)
DYAH
UTORO RINI (J1E111057)
FARIANDI
MUKHTI (J1F110222)
FITRI
AULIA (J1E111021)
IMAS
MASHLAHAH (J1D111030)
KHAIRUL
SYAHRIN (J1E111056)
MEILINA
HI. KABIR (J1B111021)
NOOR
AZIMAH QODAR AT (J1F110220)
RAHMAT
NOORSETO (J1F110037)
KELOMPOK
: B5
ASISTEN :
FIREAL LISNAWATI ( J1E110 )
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
BANJARBARU
2012
BAB
I
JUDUL
Judul
dari laporan praktikum ini adalah Rawa Bangkau, Sungai Amandit, Air Terjun Haratai, dan Air Terjun Riam
Hanai.
BAB
II
TUJUAN
PRAKTIKUM
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengukur beberapa parameter baik fisik, kimia
dan biologi di ekosistem Rawa
Bangkau, Sungai Amandit, Air Terjun Haratai, dan Air Terjun Riam Hanai.
BAB
III
DASAR
TEORI
3.1 Muara
Sungai (Estuaria)
Estuaria adalah
perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air
laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Kombinasi
pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan menghasilkan suatu komunitas yang
khas, dengan kondisi lingkungan yang bervariasi, antara lain :
1. Tempat bertemunya arus sungai dengan arus
pasang surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada
sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa
pengaruh besar pada biotanya.
2. Pencampuran kedua macam air tersebut
menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat
air sungai maupun sifat air laut.
3. Perubahan yang terjadi akibat adanya
pasang surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis
dengan lingkungan sekelilingnya.
4. Tingkat kadar garam di daerah estuaria
tergantung pada pasangsurut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus
lain, serta topografi daerah estuaria tersebut (Soerarto, 1989).
Secara
umum estuaria mempunyai peran ekologis penting antara lain : sebagai sumber zat
hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal
circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung
pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding
ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar
(nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang. Perairan
estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman, tempat penangkapan
dan budidaya sumber daya ikan, jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan
industri (Asdak, 2004).
Banyaknya
lahan-lahan yang berfungsi sebagai areal resapan terutama di kota-kota yang
padat penduduk, telah menimbulkan dampak
yang cukup signifikan, yakni banjir. Hal ini terjadi karena kapasitas air
yang datang pada saat hujan tidak seimbang dengan kemampuan tanah didalam
menyerap atau menampung air, yang disebabkan berkurangnya areal-areal resapan
(Razak, 2007).
Aktifitas
yang ada dalam rangka memanfaatkan potensi yang terkandung di wilayah pesisir,
seringkali saling tumpang tindih, sehingga tidak jarang pemanfaatan sumberdaya
tersebut justru menurunkan atau merusak potensi yang ada. Hal ini karena
aktifitas-aktifitas tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung,
mempengaruhi kehidupan organisme di wilayah pesisir, melalui perubahan
lingkungan di wilayah tersebut. Sebagai contoh, adanya limbah buangan baik dari
pemukiman maupun aktifitas industri, walaupun limbah ini mungkin tidak
mempengaruhi tumbuhan atau hewan utama penyusun ekosistem pesisir di atas,
namun kemungkinan akan mempengaruhi biota penyusun lainnya. Logam berat,
misalnya mungkin tidak berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan bakau
(mangrove), akan tetapi sangat berbahaya bagi kehidupan ikan dan udangudangnya
(krustasea) yang hidup di hutan tersebut (Soerarto, 1989).
-
Suhu
Suhu air di daerah estuaria biasanya memperlihatkan
fluktuasi annual dan diurnal yang lebih besar daripada laut, terutama apabila
estuaria tersebut dangkal dan air yang datang (pada saat pasang-naik) ke
perairan estuaria tersebut kontak dengan daerah yang substratnya terekspos. Suhu
dan salinitas merupakan parameter-parameter fisika yang penting untuk kehidupan
organisme di perairan laut dan payau. Parameter ini sangat spesifik di perairan
estuaria. Kenaikan suhu di atas kisaran toleransi organisme dapat meningkatkan
laju metabolisme, seperti pertumbuhan, reproduksi dan aktifitas organisme.
Kenaikan laju metabolisme dan aktifitas ini berbeda untuk spesies, proses dan
level atau kisaran suhu (Nirarita, 1996).
-
Salinitas
Salinitas perairan
menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang dimaksud adalah
berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya
salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium (Na), kalium (K), kalsium
(Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3).
Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil (0/00) (Effendi, 2003).
Variasi salinitas di daerah estuaria menentukan kehidupan organisme laut/payau.
Hewan-hewan yang hidup di perairan payau (salinitas 0,5-30o/oo), hipersaline
(salinitas 40-80o/oo) atau air garam (salinitas >80o/oo), biasanya mempunyai
toleransi terhadap kisaran salinitas yang lebih besar dibandingkan dengan
organisme yang hidup di air laut atau air tawar (Deptan, 1998).
-
Derajat Keasaman (pH)
Nilai derajat keasaman
(pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan
merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan (Saeni, 1989).
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai
pH sekitar 7-8,5 (Deptan, 1998).
-
Padatan Tersuspensi (TSS)
Padatan tersuspensi
total (total suspended solid) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter
> 1 m) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori
0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang
terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan
air (Deptan, 1998).
-
Pencemaran
Pencemaran
perairan adalah suatu perubahan fisika, kimia dan biologi yang tidak
dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan kerugian pada sumber
kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri. Pencemaran perairan pesisir
didefinisikan sebagai dampak negatif, pengaruh yang membahayakan terhadap
kehidupan biota, sumber daya dan kenyamanan ekosistem perairan serta kesehatan
manusia dan nilai guna lainnya dari ekosistem perairan yang disebabkan secara
langsung oleh pembuangan bahan-bahan atau limbah ke dalam perairan yang berasal
dari kegiatan manusia (Deptan, 1998).
Secara garis besar
sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokkan menjadi tujuh
kelas yaitu limbah, industri, limbah cair pemukiman (sewage) , limbah
cair perkotaan (urban storm water), pertambangan, pelayaran (shipping),
pertanian dan perikanan budidaya. Sedangkan bahan pencemar utama yang
terkandung dalam buangan limbah dari ketujuh sumber tersebut berupa sediment,
unsur hara (nutrient), logam beracun (toxic metal), pestisida,
organisme eksotik, organisme pathogen, sampah dan oxygen depleting substance
(bahan yang menyebabkan oksigen terlarut dalam air berkurang) (Nirarita,
1996).
Pencemaran perairan
merupakan masalah lingkungan hidup yang perlu dipantau sumber dan dampaknya
terhadap ekosistem. Dalam memantau pencemaran air digunakan kombinasi komponen
fisika, kimia dan biologi. Penggunaan salah satu komponen saja sering tidak dapat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Penggunaan komponen fisika dan kimia
saja hanya akan memberikan gambaran kualitas lingkungan sesaat dan cenderung
memberikan hasil dengan penafsiran dan kisaran yang luas, oleh sebab itu
penggunaan komponen biologi juga sangat diperlukan karena fungsinya yang dapat
mengantisipasi perubahan pada lingkungan kualitas perairan. Setelah memasuki
perairan pesisir dan laut sifat bahan pencemar ditentukan oleh beberapa faktor
atau beberapa jalur dengan kemungkinan perjalanan bahan pencemar sebagai
berikut :
-
Terencerkan dan tersebar oleh adukan
turbulensi dan arus laut.
-
Dipekatkan melalui :
a.
Proses biologis dengan cara diserap
ikan, plankton nabati atau oleh ganggang laut bentik biota ini pada gilirannya
dimakan oleh mangsanya.
b.
Proses fisik dan kimiawi dengan cara
absorpsi, pengendapan, pertukaran ion dan kemudian bahan pencemar itu akan
mengendap di dasar perairan.
c. Terbawa
langsung oleh arus dan biota (ikan). Di sekitar perairan sungai kampar, banyak
aktifitas industri, sehingga terjadi pembuangan limbah ke perairan. Limbah
industri berasal dari aktifitas industri yang membuang hasil akhirnya ke
lingkungan perairan dalam bentuk cair.
Jenis limbah industri dapat
dikelompokkan menjadi 5 macam yaitu :
1)
Bahan-bahan organik yang terlarut,
termasuk bahan-bahan yang beracun, tahan
urai (persistent) dan dapat diurai secara biologis.
2)
Bahan-bahan anorganik termasuk
unsur-unsur hara.
3)
Bahan-bahan organik yang tidak larut.
4)
Bahan-bahan anorganik yang tidak larut.
5)
Bahan-bahan radioaktif (Soerarto, 1989).
-
Logam Berat
Logam adalah unsur alam
yang dapat diperoleh dari laut, erosi batuan tambang, vulkanisme dan
sebagainya. Umumnya logam-logam di alam ditemukan dalam bentuk persenyawaan
dengan unsur lain, sangat jarang yang ditemukan dalam elemen tunggal. Unsur ini
dalam kondisi suhu kamar tidak selalu berbentuk padat melainkan ada yang
berbentuk cair, misalnya merkuri (Hg). Dalam badan perairan, logam pada umumnya
berada dalam bentuk ion-ion, baik sebagai pasangan ion ataupun dalam bentuk
ion-ion tunggal. Sedangkan pada lapisan atmosfir, logam ditemukan dalam bentuk
partikulat, dimana unsur-unsur logam tersebut ikut berterbangan dengan
debu-debu yang ada di atmosfir (Asdak, 2004).
Menurut Palar (2004)
melihat bentuk dan kemampuannya setiap logam haruslah memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1)
Memiliki kemampuan yang baik sebagai
penghantar daya listrik (konduktor).
2)
Memiliki kemampuan sebagai penghantar
panas yang baik.
3)
Memiliki rapatan yang tinggi.
4)
Dapat membentuk alloy dengan logam
lainnya.
5)
Untuk logam yang padat, dapat ditempa
dan dibentuk.
Berbeda dengan logam
biasa, logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok
logam berat dan metaloid yang densitasnya lebih besar dari 5 g/cm3.
Dalam perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak
terlarut. Logam berat terlarut adalah logam yang membentuk komplek dengan
senyawa organik dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut
merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal
yang teradsorbsi pada partikel-partikel yang tersuspensi (Bird, 1976).
3.2 Rawa
Indonesia
memiliki daerah rawa yang sangat luas, terutama terdapat di pulau-pulau
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. sesuai dengan UU No. 7 tahun 2004
tentang sumber daya air, rawa merupakan salah satu sumber daya air. sebagai
sumber daya, rawa merupakan salah satu sumber daya alam yang potensial bagi
kesejahteraan masyarakat, sehingga potensi yang ada pada lahan rawa perlu
dilestarikan dan dikembangkan atau ditingkatkan fungsi dan manfaatnya. potensi
pemanfaatan lahan rawa selain ditujukan untuk pengembangan lahan pertanian yang
produktif, berfungsi pula sebagai sumber daya alam serta sebagai lahan
konservasi (Kodoatie & Syarief, 2010).
Rawa adalah daerah di sekitar sungai
atau muara sungai yang cukup besar yang merupakan tanah berlumpur dengan kadar
air relatif tinggi. Rawa juga dikatakan sebagai genangan air di daratan pada
cekungan yang relatif dangkal. Genangan rawa bisa juga terjadi karena terjebak
pada suatu daerah cekungan dan lapisan batuan di bawah rawa merupakan batuan
yang impermiable.
Manfaat rawa diantaranya adalah sebagai berikut :
1)
Rawa
yang terdapat pergantian air tawar dapat untuk areal sawah
2)
Rawa
yang airnya tidak terlalu asam dapat untuk daerah perikanan
3)
Sebagai
sumber pembangkit listrik
4)
Sebagai
objek pariwisata.
Jenis-jenis rawa dibedakan menjadi :
-
Berdasarkan
sifat airnya dibagi menjadi 3:
a)
Rawa
Air Tawar
Rawa air tanah adalah rawa yang
airnya tawar karena letaknya di pinggiran sepanjang sungai.
b)
Rawa
Air Payau
Rawa air payau adalah rawa yang
airnya percampuran antara tawar dan asin, biasanya letaknya di muara sungai
menuju laut.
c)
Rawa
Air Asin
Rawa air asin adalah rawa yang
airnya asin dan letaknya di daerah pasang surut laut.
-
Berdasarkan
keadaan airnya dibagi menjadi 3 :
a)
Rawa
yang airnya terlalu tergenang
Rawa yang airnya terlalu tergenang adalah
rawa yang selalu tergenang airnya, tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian, karena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa ini
sulit terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya sangat asam dengan warna
air kemerah-merahan.
b)
Rawa
yang airnya tidak selalu tergenang
Rawa yang airnya tidak selalu
tergenang adalah rawa yang menampung air tawar dilimpahkan air sungai pada saat
air laut pasang dan airnya relatif mengering pada saat air laut surut.
-
Berdasarkan
letaknya dibagi menjadi 3 :
a. Rawa Pantai
Rawa
pantai adalah rawa yang berada di muara sungai. Air pada jenis rawa ini selalu
mengalami pergantian karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
b. Rawa Pinggiran
Rawa
pinggiran adalah rawa sepanjang aliran sungai, terjadi akibat sering meletupnya
sungai tersebut.
c. Rawa Abadi
Rawa
abadi adalah rawa yang airnya terjebak dalam sebuah cekungan dan tidak memiliki
pelepasan ke laut. Air hujan yang tertampung dalam rawa hanya dapat menguap
tanpa ada aliran yang berarti (Pratama, 2010).
BAB
IV
CARA
KERJA
4.1 ALAT DAN BAHAN
A.
Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah termometer, DO meter, lempeng Secchi,
refraktometer, tali raffia,
botol aqua 1500 ml, kit digital, penangas air, alat penyaring, stopwatch,
neraca analitik, beaker glass 50 ml, tabung reaksi, labu takar 50; 100; 250 ml,
pipet tetes, Erlenmeyer 50 ml, kantong plastic, dan botol film.
B.
Bahan-bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas indikator, air, HNO3,
akuades, batuan, sedimen halus, sedimen kering, HCl 0,1N, larutan induk Fe 1000
ppm, larutan Pb 100 ppm, K2CrO4 1N, H2SO4
pekat, H3PO4 pekat, indikator Diphenilamin, dan FeSO4.7H2O
0,2N.
4.2 PROSEDUR KERJA
a. pH air
- Dicelupkan
ke dalam air
- Diamati
perubahan warna yang terjadi
- Dicocokan
dengan warna standar
- Dikaliberasi
dengan larutan buffer terlebih dahulu
- Diukur
pH airnya
b. Suhu air
- Dimasukkan
ke dalam perairan
- Diamati
perubahan suhu yang terjadi
c. Salinitas air
- Diteteskan
air muara sungai ke dalamnya
- Dilihat
pada skala berapa nilai yang tertera
d. Pengukuran DO
- Dikaliberasi
terlebih dahulu
- Dimasukkan
ke dalam perairan yang akan di ukur DOnya
e. Kecerahan
- Dikaitkan
pada tali penduga
- Dimasukkan
ke dalam perairan hingga keping Secchi tersebut tidak terlihat lagi
f. Pengukuran Vegetasi Flora dan Fauna
- Ditentukan
wilayah pengamatan
- Diamati
flora dan fauna di wilayah tersebut
g. Analisis Fe
- Dipanaskan
hingga mendidih
- Disaring
- Ditambahkan
hingga volume 100 mL
h. Analisis Butiran Batuan
- Diamati
ukuran batuan tersebut
- Dirasakan
dengan jari tangan apakah batuan halus atau kasar
i. Pengukuran Kecepatan Arus
- Diisi
dengan air hingga 80 %
- Diikat
dan digulung dengan tali yang panjangnya 3 meter
- Dihanyutkan
pada perairan tersebut
- Dicatat
hingga gulungan tali habis
j. Profil penampang sungai dan profil
sungai
- Diukur
pada wilayah sungai
- Diukur
kedalamannya pada lima titik
k. Analisa Kimia Sedimen
- Pengambilan Sampel Sedimen
- Diambil
dengan menggunakan eigmen grab
- Dimasukkan
ke dalam kantong plastik
- Analisis Jenis Sedimen
- Diambil
dari perairan menggunakan eigmen grab
- Dianalisis
sedimen tersebut
- Analisis pH Sedimen
- Ditimbang
dengan menggunakan neraca analitik
- Dimasukkan
ke dalam Beaker glass 50 mL
-
- Ditambahkan
ke dalam beaker glass
- Dikocok
selama 2 jam dan dibiarkan 1 malam
- Dikocok
lagi keesokkan harinya selama ½ jam
- Diukur
pHnya dengan pHmeter
-
Analisis
Kandungan Fe Sedimen
1.
Preparasi
Sampel Sedimen
- Dimasukkan
ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan
ke dalam tabung reaksi dan dikocok selama 30 menit
- Disentrifuge
selama 5 menit pada kecepatan 2000 rpm dan disaring
- Dimasukkan ke dalam
labu takar 50 cc
- Dicuci dengan larutan
HCl 0,1N dan ditambahkan ke dalam labu ukur yang berisi filtrat
- Ditandabataskan
dan dikocok
4.2 Pembuatan Larutan Standar Fe
- Dipipetkan
larutan tersebut
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL
- Ditambahkan
hingga tanda batas
- Dibuat
larutan standar Fe dengan konsentrasi tertentu dari larutan Pb 100 ppm
- Dimasukkan
ke dalam tabung reaksi
4.3 Penentuan Logam Fe dengan SSA
- Dipanaskan
hingga mendidih
- Disaring
- Ditambahkan
hingga volume 100 mL
-
Analisa
Bahan Organik (Metode Walkey dan Black)
- Ditimbang
dengan menggunakan neraca analitik
- Dimasukkan
ke dalam labu ukur 100 mL
- Ditambahkan
ke dalam labu ukur 100 mL
- Dikocok
hingga larutan berwarna jingga
- Didiamkan
selama 10 menit
- Ditambahkan
ke dalam larutan hingga tanda batas
- Dikocok
kembali serta diamkan selama 24 jam
- Dipipetkan
menggunakan pipet tetes
- Dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 50 mL
- Ditambahkan
ke dalam labu erlenmeyer 50 mL
- Digunakan untuk menitrasi
larutan dalam erlenmeyer hingga terjadi titik ekuivalen
-
BAB
V
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil
Dan Perhitungan
A.
Hasil
Pengamatan
1. Praktikum
Lapangan
No.
|
Parameter
|
Hasil
|
|||
1.
|
Kimia
|
|
|||
|
-
pH air
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
6,5
7,5
8,5
8,5
|
|||
|
-
DO
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
20 ppm
5,8 ppm
4,6 ppm
|
|||
|
-
Salinitas
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
0 %
0 %
0 %
0 %
|
|||
2.
|
Biologi
|
|
|||
|
-
Fauna
1)
Rawa Bangkau
2) Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
Kerbau rawa, bebek, ikan papuyu,
plankton, ikan sapat dan ikan air tawar lainnya dan yang lainnya.
Kelabang, ayam, anjing, ikan kecil, keong, ulat, plankton
dan lainnya.
Siput, ikan kecil, kutu air, dan
lainnya.
Keong, laba- laba air, ikan kecil dan
yang lainnya.
|
|||
|
-
Flora
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
Eceng gondok, kangkung dan tumbuhan
air yang lainnya.
Lumut, rumput, pohon mangga, pohon
sukun, pohon jeruk, bambu, pohon nangka, pohon karet, pohon kelapa, pohon
tebu dan yang lainnya.
Lumut, rumput, pepohonan dan lainnya
Bambu, rumput, pakis, lumut dan yang
lainnya.
|
|||
|
-
Elevasi
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
101 m dpl
125 m dpl
101 m dpl
|
|||
3.
|
Fisika
|
|
|||
|
-
Suhu air
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
30,11oC, 30,8oC, 30,9oC
24,1 oC
23,6 oC
22,8 oC
|
|||
|
-
Kecepatan arus
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
0,043
0,479
0,560
1,064
|
|||
|
-
Kecerahan
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
0,45 m
1,46 m
1,28 m
1,46 m
|
|||
|
-
Lebar
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
(tak terhingga)
20,3 m
|
|||
|
-
Koordinat
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
S = 020 470 57,40
E = 1150 270 08,10
S = 020 480 18,10
E = 1150 300 18,60
S = 020 470 57,40
E = 1150 270 08,10
|
|||
|
-
Profil
Penampang Sungai
|
-
Sungai
Amandit
A = 20
cm D = 55 cm
B = 50
cm E = 25 cm
C = 70 cm
|
2.
Praktikum Laboratorium
No.
|
Analisis
|
Hasil
|
||
1.
|
pH sedimen tanah
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
6,09
7,75
7,12
7,6
|
||
2.
|
Logam Fe dengan SSA
a. Air
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
b. Tanah
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
0,196
-0,052 (induk)
0,070
0,053 (FP 10X)
2,483
2,675
4,246
|
||
3.
|
Bahan Organik
-
Tanah
1)
Rawa Bangkau
2)
Sungai Amandit
3)
Air Terjun
Haratai
4)
Air Terjun
Riam Hanai
|
56,68 %
42,32 %
40,44 %
39,98 %
|
2.1 Titrasi Sampel dengan Larutan Buret
FeSO4.7H2O
sebagai Titran
Percobaan
|
Volume
Sampel (mL)
|
Volume
Buret (mL) (Ungu)
|
Volume
Buret (mL) (Hijau)
|
Indikator
|
Perubahan
Warna
|
Amandit
|
10
|
4,5
|
4,58
|
Diphenilamin
|
Hijau pekat ⇾ Ungu ⇾ Hijau
|
Haratai
|
10
|
3,94
|
4,82
|
Diphenilamin
|
Hijau pekat ⇾ Ungu ⇾ Hijau
|
Riam
Hanai
|
10
|
4,28
|
4,88
|
Diphenilamin
|
Hijau pekat
⇾ Ungu ⇾ Hijau
|
Rawa
Bangkau
|
10
|
2,26
|
2,74
|
Diphenilamin
|
Hijau pekat ⇾ Ungu ⇾ Hijau
|
B.
Perhitungan
1.
Pengukuran
Kecepatan Arus
a. Rawa
Bangkau
Diket :
-
s : 3 m
-
t : 90,38 s
Ditanya : Kecepatan arus rawa Bangkau (V) ...?
Penyelesaian:
Kecepatan =
V =
V = 0,043
b.
Sungai Amandit
Diket : - s
: 3 m
- t
: 6,26 s
Ditanya : Kecepatan arus Sungai Amandit (V) ...?
Penyelesaian:
Kecepatan =
V =
V = 0,479
c.
Air Terjun Haratai
Diket : - s
: 3 m
- t
: 5,36 s
Ditanya : Kecepatan arus Air Terjun Haratai (V) ...?
Penyelesaian:
Kecepatan =
V =
V = 0,560
d.
Air Terjun Riam Hanai
Diket : - s
: 3 m
- t
: 2,82 s
Ditanya : Kecepatan arus Air Terjun Riam Hanai (V) ...?
Penyelesaian:
Kecepatan =
V =
V = 1.064
2.
Analisa
Bahan Organik
a.
Rawa Bangkau
Diket : - Volume Sampel : 10 mL
-
N FeSO4 . 7 H2O :
0,2 N
-
Volume Titrasi : 2,74 mL
-
f : 1,3
Ditanyakan : Persentase kandungan C organik ...?
Penyelesaian :
% C Organik = x100%
% C Organik = x 100%
% C Organik = 226,73 %
b.
Sungai Amandit
Diket : - Volume Sampel : 10 mL
-
N FeSO4 . 7 H2O :
0,2 N
-
Volume Titrasi : 4,58 mL
-
f : 1,3
Ditanyakan : Persentase kandungan C organik ...?
Penyelesaian :
% C Organik = x100%
% C Organik = x 100%
% C Organik = 42,32 %
c.
Air Terjun Haratai
Diket : - Volume Sampel : 10 mL
-
N FeSO4 . 7 H2O :
0,2 N
-
Volume Titrasi : 4,82 mL
-
f : 1,3
Ditanyakan : Persentase kandungan C organik ...?
Penyelesaian :
% C Organik = x100%
% C Organik = x 100%
% C Organik = 40,44 %
d.
Air Terjun Riam Hanai
Diket : - Volume Sampel : 10 mL
-
N FeSO4 . 7 H2O :
0,2 N
-
Volume Titrasi : 2,74 mL
-
f : 1,3
Ditanyakan : Persentase kandungan C organik ...?
Penyelesaian :
% C Organik = x100%
% C Organik = x 100%
% C Organik = 39,98 %
3. Perhitungan Kadar Fe
1) Air
a. Rawa Bangkau
Kadar
Fe = 0,196 ppm
= 0,196
= 0,02
b. Sungai Amandit
Kadar
Fe = -0,052 ppm
= -0,052
= -0,005
c. Air Terjun Haratai
Kadar
Fe = 0,070 ppm
= 0,070
= 0,007
d. Air Terjun Riam Hanai
Dengan
faktor pengenceran 10X
Kadar
Fe = 2,483 X FP
= 2,483 X 100
= 248,3 ppm
= 248,3
= 24,8
2) Tanah
a. Rawa Bangkau
Dengan
faktor pengenceran 100X
Kadar
Fe = 2,483 X FP
= 2,483 X 100
= 248,3 ppm
= 248,3
= 24,8
b. Sungai Amandit
Dengan
faktor pengenceran 100X
Kadar
Fe = 2,707 X FP
= 2,707 X 100
= 270,7 ppm
= 270,7
= 27,1
c. Air Terjun Haratai
Dengan
faktor pengenceran 100X
Kadar
Fe = 2,675 X FP
= 2,675 X 100
= 267,5 ppm
= 267,5
= 26,7
d. Air Terjun Riam Hanai
Dengan
faktor pengenceran 100X
Kadar
Fe = 4,246 X FP
= 4,246 X 100
= 424,6 ppm
= 424,6
= 42,5
1.
PEMBAHASAN
Praktikum Lapangan Pengenalan Lingkungan Lahan Basah ini
bertujuan untuk mengukur beberapa parameter baik fisik, kimia, dan biologi di
ekosistem Rawa Bangkau, Sungai Amandit, Air Terjun Haratai, dan Air Terjun Riam
Hanai. Rawa
Bangkau berada di
daerah Nagara, Sungai Amandit di
daerah Muara Tanuhi, Air
Terjun Haratai dan Air terjun Riam Hanai berada di desa Loklahung tepatnya di
Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Banyak hal yang diamati pada Rawa Bangkau, Sungai Amandit dan Air
terjun, seperti flora dan fauna yang terdapat di sekitar daerah tersebut, pH
air, pH
tanah, suhu air, kecepatan arus, kecerahan, salinitas, elevasi, koordinat dan DO (Demand Oxygen). Selain itu, diamati
juga profil penampang sungai pada sungai Amandit yang terletak pada daerah
Muara Tanuhi tersebut.
Pengamatan
para praktikan pada tanggal 2 – 3 Juni 2012 dilakukan di daerah Nagara, Muara
Tanuhi, dan Loksado ( Hulu Sungai Selatan ). Yang pertama praktikan datangi
adalah wilayah Rawa Bangkau yang terletak di Nagara. Nagara adalah salah satu
kabupaten yang berada dalam kawasan Provinsi Kalimantan Selatan, tepatnya di
daerah Hulu Sungai Selatan. Letak daratan Nagara ini hampir seluruhnya
dikelilingi oleh sungai-sungai. Rawa Bangkau merupakan salah satu sudut dari
cekungan Barito. Di rawa inilah hampir semua sungai yang berhulu di kawasan
Pegunungan Meratus, tepatnya disebelah barat pegunungan ini, mengirimkan air dan
kemudian ditampung secara alami.
Kondisi
yang ada di daerah Nagara adalah sepanjang sungai banyak terdapat rumah
penduduk. Penduduk setempat banyak yang mencari ikan dengan menggunakan jaring
atau disebut dengan melunta. Sungai didaerah Nagara tersebut digunakan sebagai
sarana transportasi air dan juga sumber mata pencaharian penduduk setempat, di
sungai tersebut juga terdapat rambu-rambu yang ada dijalan raya.
Berdasarkan sifat dan bentuk fisik daerah
rawa Bangkau diketahui bahwa daerah tersebut sebagian besar yang tergenang oleh
perairan, sehingga dapat dikatakan siklus hidrologi yang terjadi didaerah ini
merupakan siklus kecil yang sebagian besar proses evavorasi dan transpirasi
yang berasal dari perairan itu sendiri.
Pada saat melakukan pengukuran-pengukuran pada
daerah tersebut, dilakukan pula wawancara pada pemilik kandang (kalang) kerbau,
menurut pemilik kalang yaitu Bapak Nasrullah bahwa jumlah kerbau yang terdapat
di tiap kalang sejumlah 70 ekor kerbau dan di daerah rawa Bangkau terdapat 6 kalang dan jumlah keseluruhan
kerbau adalah 420 ekor. Kerbau-kerbau
tersebut mulai di lepas pada saat berumur 3 bulan bahkan ada yang berumur 2
bulan sudah mulai di lepas, tiap pemilik kalang memberikan tanda pada kerbau
meraka, hal tersebut dilakukan agar kerbau-kerbau mereka tidak saling tertukar.
Seperti kerbau milik Bapak Nasrullah yang beri tanda pada telinga kerbau dengan
cara setelah kerbau dilahirkan telinga kerbau tersebut di sobek sedikit.
Kerbau-kerbau tersebut sudah dikembakbiakkan pada daerah rawa bangkau sejak 50
tahun yang lalu.
Pada rawa Bangkau hanya dapat dikembangbiakkan
kerbau-kerbau yang khusus berasal dari daerah tersebut sebab apabila ada kerbau
yang berasal dari luar tidak akan dapat bertahan lama hidup di rawa Bangkau
ini. Pada 5 tahun yang lalu di rawa Bangkau terdapat 1500 ekor kerbau. Makanan yang dikonsumsi oleh kerbau yaitu tumbuhan
ilung. Selain kerbau ada juga hewan lain yang ada di rawa Bangkau yaitu itik.
Pada saat musim penghujan banyak terdapat lintah di rawa Bangkau, akan tetapi
hal tersebut tidak memberikan pengaruh pada kerbau-kerbau yang hidup pada
daerah tersebut.
Pengukuran parameter dibagi
menjadi 3, yaitu berdasarkan ilmu kimia, biologi, dan fisika. berdasarkan ilmu
kimia ada 3 parameter yang diukur, yaitu pH air, DO (Demand Oxygen), dan
salinitas. Untuk mengukur pH air caranya adalah dengan menggunakan alat test
kit digital yang terlebih dahulu dikalibrasi dengan larutan buffer. Alat harus
dikalibrasi terlebih dahulu agar pada saat pengukuran hasilnya lebih akurat.
Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil pH air di Rawa Bangkau, Sungai
Amandit, Air Terjun Haratai, dan Air Terjun Riam Hanai secara berturut-turut
adalah 6,5; 7,5; 8,5; 8,5. Hasil tersebut membuktikan bahwa di Rawa Bangkau
airnya tidak terlalu asam. Sedangkan di Sungai Amandit, Air Terjun Haratai dan
Air Terjun Riam Hanai airnya asam. Untuk mengukur DO (Demand Oxygen) caranya
adalah dengan menggunakan alat DO meter. Sebelumnya DO meter harus dikalibrasi
terlebih dahulu agar hasilnya akurat kemudian dimasukkan kedalam perairan yang
akan diukur DOnya. Di Rawa Bangkau tidak dilakukan pengukuran DO, di Sungai
Amandit DO yang didapatkan sebesar 20 ppm, di Air Terjun Haratai dan Riam Hanai
adalah 5,8 ppm dan 4,6 ppm. Dan untuk pengukuran salinitas air dilakukan dengan
menggunakan alat refraktometer, caranya air dari muara diteteskan ke dalam alat
tersebut kemudian dilihat nilai pada skala yang tertera. Untuk nilai salinitas
disetiap tempat praktikum sebesar 0% sebab data yang diperoleh semuanya dibawah
1%. Hal ini juga disebabkan karena curah hujan pada daerah tersebut tinggi
sehingga salinitas air akan rendah.
Berdasarkan ilmu biologi,
yang diukur adalah vegetasi flora dan fauna, serta elevasi. Untuk vegetasi
flora dan fauna pengukuran dilakukan dengan membuat kuadran caranya dengan
membentangkan tali raffia. Pegang tali dengan lurus dan ukur jarak yang
sebelumnya ditentukan, yang akan membentuk suatu sisi kuadrat. Luas kuadran
untuk perdu dan semak 5x5 meter sedangkan untuk pohon besar 20x20 meter. Fauna
yang ada di Rawa Bangkau adalah kerbau rawa, bebek, ikan papuyu, plankton, ikan
sapat dan ikan air tawar lainnya. Di Sungai Amandit terdapat kelabang, ayam,
anjing, ikan kecil, keong, ulat, dan plankton. Di Air Terjun Haratai terdapat
siput, ikan kecil, dan kutu air. Dan di Air Terjun Riam Hanai terdapat keong,
laba-laba air, dan ikan kecil. Sedangkan flora yang ada di Rawa Bangkau adalah
enceng gondok, dan kangkung. Di Sungai Amandit terdapat lumut, rumput, pohon
mangga, pohon sukun, pohon jeruk, bambo, pohon nangka, pohon karet, pohon
kelapa, dan pohon tebu. Di Air Terjun Haratai terdapat lumut, rumput, dan
pepohonan. Dan di Air Terjun Riam Hanai terdapat bambo, rumput, pakis, dan
lumut. Untuk elevasi di Rawa Bangkau, Sungai Amandit, Air Terjun Haratai, dan Air Terjun Riam Hanai
secara berturut-turut adalah 101 m dpl; 125 m dpl; 101 m dpl; 252 m dpl.
Berdasarkan ilmu fisika
parameter yang diukur adalah suhu air, kecepatan arus, kecerahan, lebar sungai,
koordinat, dan profil penampang sungai. Untuk suhu air diukur dengan cara
memasukkan termometer kedalam perairan. Hasil dari pengukuran suhu di Rawa
Bangkau adalah 30,11oC; 30,8oC; 30,9oC, di
Sungai Amandit adalah 24,1oC, di Air Terjun Haratai 23,6oC,
dan di Air Terjun Riam Hanai 22,8oC. Untuk pengukuran kecepatan arus
diukur dengan menggunakan float method (metoda pelampung), gunakan botol aqua
ukuran 1500ml yang diisi air sampai 80% kemudian diikat, digulung dengan tali
dengan panjang 3cm dan hanyutkan, hitung waktu dengan menggunakan stopwatch
sampai gulungan tali habis. Adapun kecepatan arus yang di hasilkan adalah untuk
Rawa Bangkau 0,043 m/s, Sungai Amandit 0,479 m/s, Air Terjun Haratai 0,560 m/s,
dan Air Terjun Riam Hanai 1,064 m/s. Untuk pengukuran kecerahan, penetrasi
cahaya diukur dengan menggunakan keping Secchi yang dikaitkan pada tali
penduga, pada Rawa Bangkau 0,45 m, Sungai Amandit 1,46 m, Air Terjun Haratai
1,28 m, Air Terjun Riam Hanai 1,46 m. untuk pengukuran lebar pada Rawa Bangkau
lebarnya tak terhingga, Sunggai Amandit 20,3 m, Air Terjun Haratai dan Air
Terjun Riam Hanai tidak di ukur lebarnya karena lokasi yang tidak memungkinkan
untuk di ukur. Untuk pengukuran koordinat Rawa Bangkau tidak di ukur, Sungai
Amandit di S (Lintang Selatan) = 020 470 57,40
sedangkan di E (Bujur Timur) = 1150 270 08,10,
Air Terjun Haratai di S (Lintang Slatan) = 020 480 18,10
sedangkan E (Bujur Timur) = 1150 300 18,60,
Air Terjun Riam Hanai di S (Lintang Selatan) = 020 470
57,40 sedangkan E (Bujur Timur) = 1150 270
08,10. Untuk profil penampang sungai Rawa Bangkau, Air Terjun
Haratai, dan Air Terjun Riam Hanai tidak di ukur, untuk Sungai Amandit A = 20
cm, B = 50 cm, C = 70 cm, D = 55 cm, E = 25 cm.
Untuk praktikum di
Laboratorium di lakukan analisis dan titrasi sampel dengan larutan buret FeSO4.7H2)
sebagai titran. Analisa yang di lakukan adalah menganalisa pH sediman tanah,
logam Fe dengan SSA, dan bahan organik. Untuk analisa pH sedimen tanah di Rawa
Bangkau 6,09, Sungai Amandit 7,75, Air Terjun Haratai 7,12, dan Air Terjun Riam
Hanai 7,6. Untuk analisa Fe dengan SSA (Spektroskopi Serapan Atom) di air, Rawa
Bangkau 0,196, Sungai Amandit -0,052 (induk) karena tidak ada pengenceran, Air
Terjun Haratai 0,070, Air Terjun Riam Hanai 0,053 (FP 10X) karena di lakukan
pengenceran sebanyak 10X, untuk di tanah Rawa Bangkau 2,483, Sungai Amandit
2,707, Air Terjun Haratai 2,675, Air Terjun Riam Hanai 4,246 semuanya di
lakukan pengenceran sebanyak 10X. Untuk analisa bahan organik di tanah Rawa
Bangkau 56,68%, Sungai Amandit 42,32%, Air Terjun Haratai 40,44%, Air terjun
Riam Hanai 39,98%. Untuk titrasi sampel dengan larutan buret FeSO4.7H2O
sebagai titran pada percobaan di Sungai Amandit, Rawa Bangkau, Air Terjun
Haratai, dan Air Terjun Riam Hanai mempunyai volume sampel 10 mL, indikator diphenilamin, dan perubahan warna dari
Hijau
pekat ⇾
Ungu ⇾ Hijau, untuk volume buret ungu Sungai Amandit 4,5
mL, Air Terjun Haratai 3,94
mL, Air Terjun Riam Hanai
4,28mL, Rawa Bangkau 2,26 mL, sedangkan untuk volume buret hijau Sungai Amandit
4,58 mL, Air Terjun Haratai 4,82
mL, Air Terjun Riam Hanai
4,88mL, Rawa Bangkau 2,74 mL.
Dari hasil perhitungan kadar
Fe diperoleh kadar Fe dalam air di Rawa Bangkau, Sungai Amandit, Air Terjun
Haratai, dan Air Terjun Riam Hanai secara berturut-turut adalah 0,02 mg/100 mL; -0,005 mg/100 mL; 0,007 mg/100 mL; 24,8 mg/100 mL. Sedangkan kadar Fe dalam tanah dari Rawa
Bangkau, Sungai Amandit, Air Terjun Haratai, dan Air Terjun Riam Hanai secara
berturut-turut adalah 24,8 mg/100 mL; 27,1 mg/100 mL; 26,7 mg/100 mL; 42,5 mg/100 mL. Dari literatur batas maksimal kadar Fe yang terkandung dalam air
adalah 1,0 mg/L. Jika dibandingkan dengan literatur, air yang diamati kadar
Fe-nya masih aman untuk digunakan, kecuali di Air Terjun Riam Hanai. Kadar Fe
yng terkandung dalam air di air terjun tersebut melebihi batas maksimal
sehingga tidak aman untuk digunakan. Air yang mengandung banyak besi akan
berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi
pada bahan yang terbuat darimetal. Sedangkan kadar Fe pada tanah juga melebihi
batas maksimal sehingga tidak aman untuk digunakan.
BAB
VI
KESIMPULAN
DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini
adalah:
1.
Pada
pengukuran pH air diperoleh pada rawa Bangkau sebesar 6,5;
sungai Amandit 7,5; air terjun Haratai 8,5 dan air terjun Riam Hanai 8,5.
2.
Salinitas yang diperoleh dari semua tempat praktikum yang dikunjungi (Rawa
Bangkau, Sungai Amandit, Air Terjun Haratai, dan Air Terjun Riam Hanai) yaitu
0% .
3.
Suhu air pada rawa Bangkau yaitu 30,11oC,
30,8oC, 30,9oC, pada sungai Amandit yaitu 24,1 oC,
pada air terjun Haratai yaitu 23,6 oC dan pada air terjun Riam Hanai
yaitu 22,8 oC.
4.
Dari
segi
biologi, hal yang diamati ialah fauna dan flora.
Fauna
yang terdapat di rawa Bangkau adalah
ikan papuyu, ikan sepat, plankton, kerbau rawa, dan bebek. Di sungai Amandit terdapat kelabang, ayam,
anjing, ikan kecil, keong, plankton, ulat. Di air terjun Haratai terdapat siput,
ikan kecil, kutu air. Di air
terjun Riam Hanai terdapat
keong, laba-laba air, ikan kecil.
Kemudian
flora yang terdapat di rawa Bangkau antara lain eceng gondok, kangkung, lumut
yang tumbuh pada kayu-kayu.
Di sungai
Amandit terdapat lumut, rumput, pohon mangga, pohon sukun, pohon jeruk, bambu,
pohon nangka, pohon tebu, pohon karet. Di air terjun Haratai flora yang
terdapat pada daerah tersebut adalah Lumut, rumput, pepohonan dan di air terjun Riam Hanai flora yang
terdapat pada daerah tersebut adalah bambu, rumput, pakis, lumut.
5.
Kecepatan arus pada rawa Bangkau adalah
0,043 , pada sungai Amandit
sebesar 0,479 , pada air terjun
Haratai sebesar 0,560 dan pada air terjun Riam Hanai sebesar 1,064 .
6.
Analisa pH sedimen rawa Bangkau sebesar
6,09, sungai amandit sebesar 7,75, air terjun Haratai 7,12 dan air terjun Riam
Hanai sebesar 7,6.
7.
Analisa Fe yang terkandung pada air dan
sedimen tanah rawa Bangkau sebesar 0,196
dan 2,483, pada sungai Amandit sebesar -0,052 dan 2,707, pada air terjun
Haratai sebesar 0,070 dan 2,675 dan pada air terjun Riam Hanai 0,053 dan 4,246.
8.
Analisa
bahan organik terutama pada tanah di rawa Bangkau sebesar 226,73 %, di Sungai
Amandit sebesar 42,32 %, di Air Terjun Haratai sebesar 40,44 %, dan di Air
Terjun Riam Hanai sebesar 39,98 %.
9.
Nilai kadar Fe air pada rawa Bangkau
adalah 0,02 , sungai Amandit -0,005 , Air Terjun Haratai sebesar 0,007 , dan Air
Terjun Riam Hanai sebesar 24,8 .
10. Nilai
kadar Fe tanah pada rawa Bangkau adalah 24,8 , sungai Amandit 270,7 , Air Terjun Haratai sebesar 26,7 , dan Air
Terjun Riam Hanai sebesar 42,5 .
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini
adalah supaya dalam praktikum yang akan datang praktikan dapat lebih baik lagi
dalam memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh asisten dan mengenal asisten
sehingga ketika praktikum berlangsung praktikan tidak merasa kebingungan dan
dalam melaksanakan praktikum, diharapkan pula agar praktikan dapat lebih rajin
dan teliti dalam melaksanakan praktikum baik dilapangan maupun di dalam
Laboratorium.
DAFTAR
PUSTAKA
Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Bird, E. C. F. 1976. An Introduction To Systemtic Geomorphology.
Australian National University Press. Australia.
Deptan. 1998. Karakteristik Ekologi Lahan Basah. Departemen Pertanian. Jakarta.
Kodoatie, Robert
J., Roestam Syarief. 2010. Tata Ruang Air.
ANDI. Yogyakarta.
Nirarita, E dkk. 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia.
Wetlands International. Bogor.
Razak, Abdul. 2007. Peranan
Lahan Basah (Wetlands) Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Daya Alam dan Lingkungan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Soerarto.1989. Hidrologi Tekhnik. Pusat Pendidikan Manajemen dan Teknologi
Terapan. Malang.
LAMPIRAN
Gambar 1. Gambar Rawa Bangkau
Gambar 2. Gambar Jalan Rawa Bangkau
Gambar 3. Gambar Kandang Kerbau atau Kalang
Gambar 4. Kerbau dengan Ujung Telinga Kiri yang Disobek
Gambar 5. Suasana
Praktikum Pada Air Terjun Haratai Loksado
Gambar
6. Pengukuran Debit Air pada Air Terjun Riam Hanai
Gambar 7. Inventarisasi Flora dan Fauna Ukuran 20 X 20 Air Terjun
Riam Hanai
Gambar 8. Kelabang pada Sungai Amandit
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PENGENALAN LINGKUNGAN
LAHAN BASAH
Nama/NIM :
1. Adi Purwanto (J1D111048)
2. Dita Apriliani (J1A111014)
3. Dyah Utoro Nini (J1E111057)
4. Fariandi Mukhti (J1F110222)
5. Fitri Aulia (J1E111021)
6. Imas Mashlahah (J1D111030)
7. Khairul Syahrin (J1E111056)
8. Meilina Hi. Kabir (J1B111021)
9. Noor Azimah Qodar AT (J1F110220)
10. Rahmat Noorseto (J1F110037)
Kelompok : B5
Hari dan Tanggal
Praktikum : Lapangan : 2-3 Juni 2012
Laboratorium :
5,8-9 Juni 2012
HASIL PENGAMATAN
1.
PRAKTIKUM LAPANGAN
1.Rawa Bangkau Nagara
No.
|
Parameter
|
Hasil
|
|||
1.
|
Kimia
|
|
|||
|
-
pH air
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
6,5
7,5
8,5
8,5
|
|||
|
-
DO
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
20 ppm
5,8 ppm
4,6 ppm
|
|||
|
-
Salinitas
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
0 %
0 %
0 %
0 %
|
|||
2.
|
Biologi
|
|
|||
|
-
Fauna
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
Kerbau rawa, bebek, ikan papuyu, plankton,
ikan sapat dan ikan air tawar lainnya dan yang lainnya.
Kelabang, ayam, anjing, ikan kecil, keong, ulat, plankton
dan lainnya.
Siput, ikan kecil, kutu air, dan
lainnya.
Keong, laba- laba air, ikan kecil dan
yang lainnya.
|
|||
|
-
Flora
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
Eceng gondok, kangkung dan tumbuhan
air yang lainnya.
Lumut, rumput, pohon mangga, pohon
sukun, pohon jeruk, bambu, pohon nangka, pohon karet, pohon kelapa, pohon
tebu dan yang lainnya.
Lumut, rumput, pepohonan dan lainnya
Bambu, rumput, pakis, lumut dan yang
lainnya.
|
|||
|
-
Elevasi
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
101 m dpl
125 m dpl
101 m dpl
|
|||
3.
|
Fisika
|
|
|||
|
-
Suhu air
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
30,11oC, 30,8oC, 30,9oC
24,1 oC
23,6 oC
22,8 oC
|
|||
|
-
Kecepatan arus
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
0,043
0,479
0,560
1,064
|
|||
|
-
Kecerahan
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
0,45 m
1,46 m
1,28 m
1,46 m
|
|||
|
-
Lebar
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
(tak terhingga)
20,3 m
|
|||
|
-
Koordinat
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
S = 020 470 57,40
E = 1150 270 08,10
S = 020 480 18,10
E = 1150 300 18,60
S = 020 470 57,40
E = 1150 270 08,10
|
|||
|
-
Profil
Penampang Sungai
|
1)
Sungai
Amandit
A = 20
cm D = 55 cm
B = 50
cm E = 25 cm
C = 70 cm
|
3.
Praktikum
Laboratorium
No.
|
Analisis
|
Hasil
|
||
1.
|
pH sedimen tanah
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
6,09
7,75
7,12
7,6
|
||
2.
|
Logam Fe dengan SSA
c. Air
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
d.Tanah
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
0,196
-0,052 (induk)
0,070
0,053 (FP 10X)
2,483
2,675
4,246
|
||
3.
|
Bahan Organik
-
Tanah
5)
Rawa Bangkau
6)
Sungai Amandit
7)
Air Terjun
Haratai
8)
Air Terjun
Riam Hanai
|
56,68 %
42,32 %
40,44 %
39,98 %
|
2.1 Titrasi Sampel dengan Larutan Buret
FeSO4.7H2O
sebagai Titran
Percobaan
|
Volume
Sampel (mL)
|
Volume
Buret (mL) (Ungu)
|
Volume
Buret (mL) (Hijau)
|
Indikator
|
Perubahan
Warna
|
Amandit
|
10
|
4,5
|
4,58
|
Diphenilamin
|
Hijau pekat ⇾ Ungu ⇾ Hijau
|
Haratai
|
10
|
3,94
|
4,82
|
Diphenilamin
|
Hijau pekat ⇾ Ungu ⇾ Hijau
|
Riam
Hanai
|
10
|
4,28
|
4,88
|
Diphenilamin
|
Hijau pekat
⇾ Ungu ⇾ Hijau
|
Rawa
Bangkau
|
10
|
2,26
|
2,74
|
Diphenilamin
|
Hijau pekat ⇾ Ungu ⇾ Hijau
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar